output-writing

Memangkas Validasi

Mengurangi nafsu akan pengakuan dari masyarakat modern baik di dunia nyata maupun di dunia maya (terutama pada sosial media) itu sama halnya menjadi murni di tengah dunia yang penuh dusta, ibarat raganya di tengah kerumunan namun batinnya bak petapa di pinggir tebing, khusuk dan bebas dari penatnya notifikasi.

Kaitan antara kewarasan dengan media sosial itu lengket. Manusia era sekarang itu banyak masalah dengan hal-hal yang kurang greget, misalnya Kipli insecure karena akunnya sepi dan bingung karena diunfoll oleh si Dia. Pikiran dan perasaan saat update status Whatsapp, update story Instagram, scroll feed, sampai menshitposting bikin batin Kipli banyak tidak tenangnya, kenapa ya? Bolak-balik melihat berapa yang sudah view, cek swipe-slide-scroll apakah yang dikode sudah lihat belum? Pada akhirnya Kipli menyadari bahwa si Dia ngga peduli hadehh. Apakah si Dia salah? Ataukah aplikasinya? Si Dianya ngga kenal siapa Kipli dan aplikasinya juga ngga ngapa-ngapain hanya diam kalau ngga ditunyuk. Sumber masalahnya terletak pada hati Kipli yang rontok karena GR merasa dighosting tanpa sebab duhh.

Itu contoh dari banyaknya masalah baru yang terdengar sepele namun dampaknya bisa sangat dalam, sedalam lubang di hati Kipli. Sebuah produk dibuat sedemikian rupa menggoda untuk menarik hati manusia. Sosial media itu produk dari korporasi besar, maka dari itu hati manusia yang ringkih seperti Kipli bisa dimainkan sesuka hati oleh tim marketing. Tuh para elite global di belakang sedang haha-hihi liat Kipli yang merasa goblok sendiri. Seperti itulah sandiwaranya.

Gunakanlah teknologi sebagai Sang Pengguna, bukan malah justru yang diguna-guna. Gunakanlah teknologi ketika kesadaran kembali terisi dan betul-betul mengerti cara penggunaan yang cocok, menyehatkan bukan menyakitkan.