output-writing

Everlasting Flow System

Bagaimana kalau kita halu sejenak berfantasi tentang sebuah sistem kehidupan yang menakjubkan? Sistem yang bersifat seperti observatorium namun dengan teleskop terbalik, mengarah ke dalam mata sendiri—tempat jiwa terbentang sama miripnya dengan hamparan antariksa. Sebuah sistem yang mendorong kita jatuh lebih dalam mengenali diri, terjun bebas ke alam sadar mengarungi setiap sisi pikiran. Sistem yang menjadikan penjelajahan tak hanya berujung pada penemuan, tetapi juga pencetusan, penghidupan makna, dan pembangkitan harapan. Sistem yang mampu menyambungkan kebundetan tak jelas, menjadi nada-nada yang harmonis. Sistem yang dapat menyelaraskan aksi dengan ekspektasi, mengalirkan tindakan luwes bebas basa-basi. Sistem yang dapat menerjemahkan prosa rasa menjadi ramah disambut oleh bahasa akal. Sebuah sistem yang suka rela membukakan pintu untuk proses internalisasi keluar menjadi realita aktual. Sistem yang senantiasa menuangkan itu semua ke dalam cipta karya yang kelak melahirkan sosok baru dalam diri kita.

Saat ini kita bisa memproyeksikan segala koneksi, aktif merangkai benang hingga berekspansi seperti jaringan semesta yang masif. Dengan berbagai sihir teknologi kita bisa mensemayamkan semesta itu ke dalam peti kecil. Kelak peti itu akan terawetkan abadi dan dapat dibuka pada sembarang tempat, bahkan di lapisan langit yang udara saja takkan mampu menembus. Dalam peti kecil itu, gugusan kesadaran tumbuh bergegas menjadi gagasan, menggumpal terus bermekaran dan bermekaran. Sampai suatu saat mereka meledak di angkasa meyerupai supernova, terbuka lebar dapat disaksikan oleh peradaban seperti pesta kembang api. Bahkan ketika kita sudah tiada, percikan nilai-nilai masih tersulut, tetap ada hasil walau tubuh sudah fosil.

Just imagine, dengan berimajinasi, sesuatu yang tak masuk akal bisa menjadi lebih tak masuk lagi. Setidaknya akalku bilang itu seru, sungguh tak masuk akal.